Senin, 24 Agustus 2009

Harapan Setinggi Langit untuk Ibu Pertiwi

Indonesia, itulah nama negeriku. Negeri tempat dimana aku dilahirkan, dibesarkan, dan menemukan jati diri sebagai warga negara. Aku bangga menjadi bangsa Indonesia. Merah putih adalah benderamu, negeri kepulauan yang kaya budaya dan sumber daya. Dengan burung garuda sebagai lambang negara, menyiratkan agar bangsa ini tetap kuat dan kokoh menurut nilai-nilai Pancasila dalam menghadapi tantangan yang ada.
Sudah 64 tahun yang lalu naskah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dibacakan oleh Bung Karno, sang Presiden Indonesia yang pertama. Indonesia semakin hari semakin berkembang sejak penjajahan berakhir. Kondisi ekonomi semakin membaik dan masyarakat semakin sejahtera hingga di pertengahan tahun 90-an ketika dipimpin oleh Presiden Soeharto. Masa Reformasi adalah masa berikutnya dimana banyak terjadi ketimpangan ekonomi karena banyak pekerja yang di-PHK, munculnya gerakan separatis, kondisi politik yang carut marut, dan kesejahteraan masyarakat semakin memburuk hingga saat ini.
Aku sangat ingin negeriku ini damai dan sejahtera kembali. Tidak ada teror bom dimana-mana, kemiskinan semakin sedikit, berbagai bencana dan penyakit dapat diatasi dengan baik, serta budaya untuk selalu hormat-menghormati antar sesama warga negara tanpa melihat strata/jabatan, keyakinan, dan, kultur.
Aku benar-benar tak menyangka akhir-akhir ini lagi-lagi terjadi teror bom. Sepertinya ini adalah pembalasan atas teman-teman mereka yang telah ditangkap sebagai tersangka dalam aksi-aksi pemboman sebelumnya. Mereka ingin membuktikan diri bahwa mereka masih ada dan masih survive. Di lain sisi mereka ingin berjihad sebagai langkah halal untuk menghancurkan setiap perbedaan yang mereka rasakan. Entah itu karena perbedaan keyakinan ataupun hanya sekedar perasaan tidak suka yang begitu mendalam. Sungguh betapa miris ketika aku mendengar hal itu karena sebuah perbedaan. Mungkin inilah salah satu corak perpecahan di antara warga negara yang tidak setuju dengan satu golongan tertentu. Akan tetapi, apakah cara yang mereka sudah tepat dengan membunuh sedikit demi sedikit orang yang tak pernah bersalah kepada mereka ? Semua orang itu punya hak asasi manusi untuk memilih sesuatu yang mereka anggap benar selama tidak merugikan kepentingan lain. Mudah-mudahan dengan tertangkapnya satu per satu dari mereka, semakin hari mereka semakin kapok dan berkurang dominasi mereka.
Kemiskinan di mana-mana sungguh tak dapat terelakkan lagi. Di berbagai sudut kota, sering aku melihat banyak anak jalanan yang mengadu nasib tanpa mengenyam pendidikan sedikit pun. Pengamen jalanan yang terus dan terus bermunculan. Juga peminta-minta yang mendatangi rumah-rumah sudah terlalu banyak. Memang mereka membutuhkan dukungan finansial untuk bertahan hidup, tetapi apakah hanya cara itu yang jadi solusi. Jikapun itu benar suatu saat nanti akan banyak generasi yang terlahir untuk jadi generasi pemalas yang tak punya keahlian dan keterampilan. Kemiskinan memang sangat erat dengan pendidikan. Meskipun pemerintah telah menggratiskan biaya pendidikan, tetapi itu masih kurang, karena jumlah orang-orang miskin di banyak pelosok mungkin tidak kebagian pendidikan gratis itu. Ini semua mungkin tugas semua warga negara termasuk pemerintah untuk membantu mereka yang terkena imbas kesenjangan sosial, mungkin dengan cara pendidikan gratis yang merata, pelatihan ketrampilan bagi mereka yang menginginkan dan membutuhkan, penambahan lapangan kerja, serta penyesuaian standar gaji untuk pekerja. Suatu saatnya nanti mungkin rakyat akan merasakan kesejahteraan itu kembali, menjadi bangsa yang maju dari segi perekonomian bangsa dan pemerataan kesejahteraan rakyat.
Banyak kejadian bencana alam yang terjadi di berbagai wilayah di negeriku semakin memprihatinkan. Ini semua terjadi tak lepas dari kesadaran kita sebagai penghuni bumi untuk selalu menjaga lingkungan dan menghormati lingkungan, meskipun kita tak tahu kapan sebuah bencana alam itu datang. Alangkah indahnya jika kita bersama-sama untuk peduli lingkungan di sekitar kita. Ramahlah dengan lingkungan dengan tidak menggunakan barang-barang yang banyak mengotori lingkungan. Janganlah menebang hutan sembarangan, sisakan sebagian sebagai penangkal bencana, karena bagaimanapun juga kehidupan ini harus seimbang baik untuk alam dan manusia.
Kini saatnya kita sebagai bangsa Indonesia berbenah diri untuk selalu melihat permasalahan yang ada secara jernih. Kita adalah bangsa yang besar, bangsa yang menghargai perbedaan, bangsa yang berdaulat, dan bangsa yang bangga dengan segala perbedaan di dalamnya. Semua itu memang ada jalannya, dan tidak luput dari proses yang selalu berkelanjutan. Semoga pelantikan presiden kita yang baru di bulan Oktober nanti bisa membawa raga Indonesia menuju pencapaian yang lebih baik. Pesta euforia telah menunggu disana…
cheers!

0 comments: