Senin, 15 November 2010

Argomulyo, Semoga Tabah dan Tetap Jaya Kelak

Saya benar-benar tidak bisa membayangkan dan menyangka bahwa sebagian dusun di Desa Argomulyo baru-baru ini menjadi sasaran amukan awan panas “wedhus gembel” yang dimuntahkan Gunung Merapi. Desa yang beberapa bulan yang lalu pernah saya dan teman-teman singgahi sebagai lokasi KKN (Kuliah Kerja Nyata) kini menjadi korban. Dusun-dusun yang terkena dampak langsung bencana tersebut diantaranya yaitu Dusun Bronggang, Dusun Plumbon, dan Dusun Gadingan. Saya masih ingat betul, dusun-dusun tersebut memang berada di pinggir bantaran Kali Gendol, sungai yang berhulu di Gunung Merapi.

Kali Gendol merupakan salah satu sungai yang biasa digunakan untuk melewatkan lahar dingin yang berasal dari Gunung Merapi. Jika musim kemarau, sungai tersebut mengering dan dijadikan sebagai sumber penghasilan masyarakat di sekitarnya. Sungai tersebut seringkali dijadikan sebagai ladang untuk mencari pasir dan batu. Sebagian besar masyarakat di Argomulyo banyak yang bermata pencaharian sebagai penambang pasir. Banyak sekali truk-truk pengangkut batu dan pasir yang lalu lalang di jalanan desa tersebut setiap harinya, karena memang potensi yang begitu menggiurkan. Sungai ini juga memisahkan beberapa dusun di sebelah timur dan barat Kali Gendol.

15. Tambang Pasir Kali Gendol

Saya banyak kenal dengan warga masyarakat desa tersebut, terutama di Dusun Gadingan. Kebetulan saya ditempatkan di dusun tersebut selama kurang lebih dua bulan untuk belajar mengabdi kepada masyarakat. Suatu kebanggan tersendiri ketika bisa berkumpul dan pernah menjadi bagian dari masyarakat di sana. Desa yang memiliki banyak potensi dengan keindahan sawah-sawah hijaunya, ternak perikanan yang subur,  ternak sapi yang gemuk, dan segala bentuk kerajinan dan usaha rumah tangga. Kebetulan waktu kami tinggal di sana, kami diajak untuk menyusuri potensi-potensi yang ada di desa tersebut. Kami mengambil banyak foto, mendatangi rumah-rumah warga, dan ternyata banyak warga yang hidup mandiri sehingga bisa menambah penghasilan desa.

Bila boleh saya menjabarkan arti kata Argomulyo, maka Argomulyo terdiri dari dua suku kata yaitu “Argo” dan “Mulyo”. Kedua suku kata tersebut dalam bahasa Jawa memiliki arti masing-masing. “Argo” berarti gunung, dan “Mulyo” berarti mulia/kebaikan/kemakmuran. Apabila dimaknai secara lebih luas, maka dapat diartikan sebagai desa makmur yang terletak di daerah gunung. Ada orang yang mengatakan bahwa nama adalah sebuah harapan. Dan itu adalah harapan sepanjang zaman untuk desa tersebut semenjak nama itu diberikan. Banyak cerita dan sejarah unik yang bisa didapatkan ketika kita bertanya tentang asal usul desa tersebut. Kami kebetulan telah membuat dokumentasi desa tersebut ke dalam sebuah website desa, yaitu di www.argomulyo.com. Jika masih ada yang penasaran, silakan mengunjungi web tersebut.

Banyak pengalaman yang bisa saya dapatkan ketika hidup di sana. Belajar mengenal masyarakat yang giat bekerja, belajar pola pikir masyarakat yang gemah ripah, dan semangat gotong royong yang tiada pernah terlupakan. Mereka adalah refleksi kehidupan yang sebenarnya. Ketika malam datang, mereka masih berharap jalanan lebih terang, sehingga bisa menghidupkan suasana kehidupan di lereng Merapi. Ketika siang menghampiri, mereka berjuang sekuat tenaga agar bisa menghidupi keluarga mereka, mencari lapangan pekerjaan, untuk kehidupan masa depan yang lebih baik. Cita-cita luhur untuk membangun desa ke arah yang lurus tertanam dalam setiap benak warganya. Harapannya sederhana, yaitu kemakmuran.

Ada pengalaman unik ketika kami sedang belajar di sana. Setiap tahunnya, Desa Argomulyo menyelenggarakan upacara adat dan kirab budaya yang dikenal sebagai “Tambak Kali”. Kami kebetulan ikut andil dalam kegiatan tersebut. Perayaan itu dilakukan setiap tanggal 1 Agustus, tujuannya untuk menghormati leluhur mereka, dimana di tanah tersebut berdiri makam beliau, yaitu Patih Jayaningrat. Tahun ini merupakan salah satu perayaan yang termewah dibanding tahun-tahun sebelumnya, karena rangkaian kegiatan dilakukan selama seminggu, dengan puncaknya di hari terakhir (1 Agustus).  Berbagai budaya dan kesenian dari masing-masing dusun ditampilkan di rangkaian acara tersebut, termasuk saat kirab budaya. Jenis budaya dan kesenian yang ditampilkan seperti pengajian akbar, kethoprak, wayang kulit, jathilan (kuda lumping), campur sari, dll.

DSC_1824

46. Jathilan Guling

Sedih rasanya ketika pertama kali mendengar desa tersebut sebagian luluh lantak. Mereka mengungsi dan banyak yang tak tahu bagaimana nasib tempat tinggal mereka. Padahal jarak puncak Merapi dan desa tersebut masih belasan kilometer. Hamparan abu vulkanis yang tebal memendam rumah-rumah mereka. Sebagian korban terkena dampak langsung bencana itu, dari jatuhnya korban yang meninggal, luka bakar di sebagian tubuh, dan trauma psikologis bagi mereka yang selamat. 

Kami mungkin merasa belum banyak hal yang bisa kami berikan untuk desa itu. Waktu dua bulan di sana untuk mengenal dan berbaur bersama masyarakat mungkin masih kurang. Kami akan terus berdoa dan berharap untuk kemajuan Argomulyo, tetap sebagai desa budaya yang menarik banyak pengunjung, seperti hari-hari sebelumnya. Kami juga berharap di masa yang akan datang, masih ada orang yang peduli dengan nasib dusun-dusun yang menjadi korban, membangun dusun-dusun itu kembali dan memberi semangat kepada masyarakat yang bertahan untuk pantang menyerah. Argomulyo, tetap hidup dalam tradisi, semoga tabah, dan tetap jaya kelak…

Liverpool oh Liverpool

You’re Never Walk Alone (YNWA), itulah slogan yang diusung kesebelasan The Reds alias Liverpool FC. Sebuah tim sepakbola yang berdomisili di kota Liverpool, United Kingdom. Saya lupa, entah sejak kapan saya menyukai kesebelasan tersebut. Tapi saya yakin, saya mulai menyukai kesebelasan tersebut karena terinspirasi oleh banyak hal. Mungkin salah satunya karena saya ingin melanjutkan studi ke negara-negara skandinavia di Eropa, yaitu di United Kingdom/UK/Inggris, lebih tepanya di sekitaran kota Liverpool.

lpool_1

Mengapa harus Liverpool? Bagi saya, Liverpool adalah kota yang sangat hebat. Banyak musisi-musisi hebat kelas dunia yang lahir di sana dan menjadi inspirasi bagi yang lain. Salah satunya yaitu The Beatles. Semua orang di dunia pasti kenal dengan grup tersebut. Sampai saat ini karya-karya besarnya masih disukai oleh banyak orang. Bahkan The Beatles sendiri dijadikan ikon kota Liverpool. Genre musik yang dibawa The Beatles, yakni Britpop, kini diikuti oleh banyak musisi-musisi di negara tersebut, misalnya Oasis, Blur, dll. Mereka juga tak kalah hebat dari nenek moyangnya. Tak salah jika beberapa orang menyebut Liverpool sebagai kota musik. Winking smile

Beberapa tempat dan bangunan di Liverpool juga menjadi daya tarik sendiri. Mungkin ada banyak tempat, tetapi yang saya kenal yaitu Anfield Stadium, Museum The Beatles, dan Abbey Road. Anfield Stadium adalah stadion kebanggaan kesebelasan Liverpool FC. Kita bisa mencari lokasi persisnya melalui bantuan Google Earth. Stadion tersebut dikelilingi tembok tinggi yang dicat dengan warna merah, warna kebanggaan The Reds. Di depannya terdapat sebuah patung dan deretan bendera-bendera kesebelasan tersebut. Smile

liverpool_stadium

Bangunan yang kedua yaitu Museum The Beatles. Bisa ditebak, bangunan tersebut menyimpan kenangan tersendiri bagi fans berat pelopor musik Britpop, The Beatles. Di dalamnya terdapat berbagai macam benda sejarah, biografi, dan pernak-pernik yang dulunya pernah dipakai oleh personil The Beatles. Para penggemar musik kelas dunia pasti tak akan melewatkan kesempatan untuk berkunjung ke tempat ini. Selain itu, di beberapa daerah di kota Liverpool juga masih berdiri kediaman-kediaman masing-masing personilnya. Laughing out loud

lpllp_phototour22

Yang terakhir yaitu sudut jalan yang dikenal dengan nama Abbey Road. Jalan tersebut menyimpan kenangan tersendiri bagi The Beatles dan penggemarnya. The Beatles pernah berfoto di atas jalan tersebut dan menjadikannya sebagai cover album dengan nama yang sama, yaitu Abbey Road. Jalan tersebut kalau tidak salah berada di sebuah pertigaan, karena jalan tersebut di atasnya terdapat garis-garis zebra cross. Entah mengapa banyak orang yang tertarik juga untuk melihat atau untuk berfoto-foto di atas jalan tersebut. Sebut saja musisi-musisi yang juga pernah berfoto di jalan tersebut yang posenya mirip pose The Beatles ketika berfoto di atas jalan tersebut dan juga menjadikan sebagai sampul albumnya, Red Hot Chili Peppers dan J-Rocks. Be right back

Hmmm… sepertinya menarik jika suatu saat bisa berdiri di tanah Liverpool, menjelajahi berbagai sudut kota itu dengan segala keindahannya. Kita semua boleh mengagumi apa yang menjadi mimpi kita agar kita sendiri bisa terus berjuang dan tetap semangat, termasuk diri saya sendiri. Paling tidak, kelak kita akan merasakan betapa indahnya mimpi-mimpi kita ketika benar-benar bisa menggapainya dengan segala usaha yang pernah kita lakukan. Berusaha dan berdoa, itulah kuncinya. Jangan lupa, kita juga harus yakin bahwa semua yang terjadi dalam hidup kita sudah ditentukan oleh Yang Kuasa. Bravo!

Rabu, 10 November 2010

Seberapa Pahlawan-kah Diri Kita?

hotel_oranye-07bHari ini tepatnya tanggal 10 November 2010, merupakan Hari Pahlawan bagi bangsa Indonesia. Hari tersebut tidak lain ditujukan untuk menghormati jasa-jasa pahlawan Indonesia yang telah berjuang di medan perang ketika mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Pada tanggal tersebut kurang lebih 65 tahun yang lalu merupakan saat-saat yang penting bagi Indonesia. Jika kita melihat kembali catatan-catatan sejarah bangsa ini, tanggal tersebut diambil ketika pada waktu itu seorang pejuang Indonesia di Surabaya, Bung Tomo, merobek bendera Hindia Belanda di warna birunya (bagian paling bawah) dengan gagah berani. Tujuannya yaitu agar bendera yang berkibar di depan Hotel Orange, Surabaya tersebut menjadi bendera kebangsaan Indonesia (merah putih). Situasi saat itu adalah Indonesia baru saja mendeklarasikan kemerdekaannya di tanggal 17 Agustus di tahun yang sama.

Hingga pada akhirnya tanggal tersebut dijadikan sebagai momen untuk mengenang para pahlawan Indonesia. Pemerintah dan sekolah-sekolah di Indonesia selalu menyelenggarakan upacara bendera untuk memperingati hari tersebut. Jasa-jasa para pahlawan yang dengan sekuat tenaga merebut kemerdekaan serta mempertahankannya dinilai sebagai nilai luhur yang wajib ditiru oleh semua lapisan masyarakat. Jika itu harapannya, maka sekarang pertanyaannya adalah sudahkah kita meneladani sikap para pahlawan tersebut?

Meneladani para pahlawan tidak perlu dengan menghapalkan semua pahlawan yang kita kenal, karena menurut saya pahlawan banyak jumlahnya, tidak hanya beberapa yang sering kita dengar dan kita hapalkan ketika masih sekolah. Mereka dikenal karena pada saat itu menjabat sebagai posisi penting dalam medan pertempuran. Justru yang harus menjadi perhatian adalah arti penting seorang pahlawan. Memang jika kita artikan secara istilah, pahlawan itu adalah orang yang berjasa dalam suatu hal. Misalnya jika melihat tanggal 10 November, pahlawan diartikan spesifik sebagai orang-orang yang telah berjuang demi negaranya ketika merebut dan mempertahankan kemerdekaan. Akan tetapi, ada kemungkinan bahwa arti pahlawan di masa sekarang sudah tak sesuai lagi maknanya dengan ketika masih penjajahan.

Lalu siapakah pahlawan di masa sekarang? Jawabannya adalah mereka-mereka yang telah berjuang demi apapun untuk negaranya. Ingatkah kita ketika masih sekolah dulu tentang ciri-ciri seorang pahlawan. Ya, mereka itu adalah orang-orang yang pantang menyerah, rela berkorban, dan selalu berusaha untuk menggapai mimpi-mimpinya. Kita bisa menyebut pahlawan kepada mereka yang telah berjuang untuk kita, untuk mereka, dan untuk bangsanya. Misalnya, kita bisa menyebut guru kita sebagai pahlawan seperti cerita di novel/film Laskar Pelangi. Guru yang diceritakan dalam novel/film tersebut telah berbuat banyak untuk anak didiknya dalam keadaan apapun. Ia mampu mengajar ketika hujan turun dan atap bocor di ruang kelasnya, ia mampu meyakinkan anak didiknya untuk terus belajar dan belajar, dan ia terus prihatin dengan semua keterbatasan yang dimiliki.

Saya teringat akan guru-guru kewarganegaraan saya ketika masih sekolah dulu. Seringkali beliau berpesan kepada kami untuk menjadi pahlawan di zaman modern. Beliau mengajarkan kepada kami cara-cara terbaik untuk menjadi seorang pahlawan yaitu dengan menuntut ilmu dengan belajar yang giat, saling membantu sesama manusia, menghargai perbedaan yang ada, serta menyelesaikan segala masalah dengan lapang dada. Mungkin keempat hal tersebut adalah kalimat-kalimat yang juga seringkali kita dengar. Tapi menurut saya itu bukanlah sesuatu yang mudah untuk diamalkan. Membutuhkan pemahaman dan kesadaran tinggi untuk benar-benar menyakini itu semua.

Hal yang tidak jauh dari keadaan bangsa Indonesia saat ini yaitu kebutuhan akan relawan ketika terjadi bencana. Mereka juga layak disebut sebagai relawan. Mereka berusaha untuk mengatur, menghibur, dan berteman di tengah-tengah para pengungsi yang kehilangan tempat bermukim. Membantu tim SAR di medan bencana untuk menyelamatkan para korban yang terjebak dalam genangan air ketika banjir dan tsunami, juga terjebak di antara gumulan awan panas dan abu vulkanik ketika terjadi letusan gunung berapi. Sungguh pengorbanan mereka luar biasa, karena telah meluangkan waktu, usaha, dan pikirannya untuk menyelamatkan kehidupan sesama manusia.

Sudah selayaknya kita memberi pujian kepada mereka. Bagi yang belum bisa memperoleh keinginan untuk terjun langsung membantu mereka yang membutuhkan, kita masih bisa membantu dengan banyak cara. Cara yang termudah yaitu dengan berderma, dengan memberikan sumbangan berupa barang-barang darurat yang dibutuhkan (makanan sehari-hari, pakaian pantas pakai, dll.) atau uang. Hindari prasangka negatif atas bencana alam yang sedang berkubang di bumi Indonesia. Jadikan semua ini adalah ujian terbaik yang diberikan oleh Sang Penguasa Alam, dengan begitu kita senantiasa telah menjadi pahlawan di era modern yang sesungguhnya.

Janganlah berkecil hati ketika kita menganggap orang lain lebih tepat dikatakan sebagai pahlawan. Kita semua adalah pahlawan ketika orang-orang berbuat keributan di luar sana dan kita berusaha mengingatkannya dengan tangan dingin. Kita semua adalah pahlawan ketika kita tidak berbuat hal-hal yang merugikan bangsa dan negara, seperti korupsi, kolusi, dan nepotisme. Kita semua adalah pahlawan ketika kita bisa meraih mimpi-mimpi yang kita harapkan dengan segala jerih payah dan doa. Kita semua adalah pahlawan ketika kita bisa menghormati dan menghargai segala perbedaan. Sekarang saatnya kembali kepada diri kita sendiri, Seberapa Pahlawan-kah Diri Kita?…

Rabu, 03 November 2010

Jejak Aku Mengenal Komputer Bag. 2 : Kuliah dan Buta Coding

You_lot_start_codingDi bangku SMA, aku banyak berkenalan dengan perangkat lunak grafis, seperti CorelDraw dan Photoshop, juga membuat web sederhana dengan MS Frontpage. Hingga aku menyempatkan untuk mengikuti pelatihan CorelDraw di sebuah lembaga, yang berlangsung sore hari setelah selesai sekolah. Aku semakin sering mengutak atik komputer sendiri di rumah (dari install game hingga modifikasi Windows sendiri). Ini karena aku juga semakin sering mengunjungi warnet untuk tahu banyak hal. Ketika itu internet mulai dikenal orang, bisnis warnet mulai muncul dimana-mana. Terlebih lagi fasilitas laboratorium komputer SMA lebih canggih, sehingga banyak hal yang bisa mulai dipelajari.

Flashdisk ukuran 128 MB adalah flashdisk pertama yang aku miliki, kurang lebih sekitar tahun 2007. Aku kira itu adalah flashdisk ukuran paling besar ketika itu. Disket masih dipakai, tetapi sudah jarang sekali. Menginjak tahun 2008, perkembangan flashdisk mulai gencar, ukuran memory meningkat hingga 512 MB, muncul juga media player musik portabel (MP3 portabel). Teman-temanku sudah mulai banyak yang punya gadget semacam itu (aku masih setia dengan 128 MBnya Winking smile). Di masa itu, processor dengan kekuatan Pentium IV &, AMD Celeron sudah termasuk hebat.

Komputerku di rumah sudah naik level jadi Pentium III dengan RAM yang cupu, 128 MB, bisanya hanya untuk mengetik, memutar musik, dan memainkan game-game ringan Thinking smile.  Bosan rasanya menggunakan komputer untuk hal-hal itu saja. Terpaksa aku mencari tambang emas di tempat lain, hasilnya aku jadi sering surfing internet di luar, mencari hal-hal baru dan tak pernah habis Smile. Kadang sambil mencari tugas-tugas sekolah atau hanya sekedar belajar chatting dengan aplikasi mIRC, latihan bersosialisasi di dunia maya Smile with tongue out.

Tibalah saatnya aku duduk manis di kelas 3 SMA, saat itu sudah mulai bingung menentukan masa depan. Lebih tepatnya digerayangi pertanyaan-pertanyaan seperti “Anda habis lulus di sini mau melanjutkan dimana? di jurusan apa?”. Kalo orang tua saya menyarankan agar nanti mencoba mendaftar di jurusan kedokteran. Sedangkan kata hati saya membisikkan bahwa saya harus bisa masuk di jurusan yang berhubungan dengan IT.

Pendaftaran perguruan tinggi pun dimulai, aku mengikuti ujian masuk dimana terdiri dari tiga pilihan jurusan yang harus dipilih sesuai urutan. Tanpa pikir panjang aku mengusulkan tiga pilihan sesuai keinginanku dan meminta pendapat orang tua juga, terpilihlah tiga jurusan yang semuanya tidak jauh dari dunia IT (hehe… Open-mouthed smile, klo gak minta restu orang tua, siapa yang mau bayarin ane kuliah gan… Smile with tongue out). Usut punya usut, ternyata hasil ujian baru keluar setelah dua bulan dari waktu ujian tulis (lama banget gan… Crying face). Sambil menunggu pengumuman, aku mencoba mendaftar di perguruan tinggi lain, kali ini aku memilih pilihan pertama kedokteran dan pilihan kedua adalah jurusan ilmu komputer. Kalau PT yang terakhir ini waktu pengumumannya lebih dulu dari yang pertama. Dan hasilnya… TIDAK satupun yang tembus Crying face. Perasaan pun semakin ketar ketir, mengingat di perguruan tinggi itu (yang kedua) sebelumnya pernah mengajukan PMDK, tetapi lagi-lagi… TIDAK satupun yang tembus Crying face. Aku semakin sering berdoa agar bisa masuk di PT yang lebih bergengsi itu, dan alhamdulillah saya DITERIMA di pilihan yang pertama. Senang sekali rasanya mengingat kala itu. Kaget rasanya menerima sms yang isinya begitu hebat, dan juga namaku tercantum di surat kabar pengumuman hasil seleksi di sebuah surat kabar keesokan paginya (benar-benar terharu gan… Crying face).

Akhirnya aku bisa kuliah di luar kota, kota yang bisa mendekatkanku akan kemajuan teknologi, dan juga jauh dari kampung halaman. Di sanalah aku bertemu dengan orang-orang hebat dari berbagai penjuru Indonesia, dan yang pasti, punya ketertarikan yang sama, karena ada dalam satu jurusan. Mereka adalah putra putri terbaik dari daerah masing-masing (sainganku tambah berat, bung! Hot smile). Akan tetapi, aku juga banyak mendapat hal-hal baru ketika bisa mengenal mereka satu per satu.

Sungguh tak terkira, awal-awal masuk kuliah sudah disuguhi dengan yang namanya “coding”. Aku benar-benar belum pernah menyentuh makanan itu, tetapi beberapa teman-temanku banyak yang sudah berpengalaman dengan itu. Untungnya di semester pertama kami mendapat praktikum pemrograman dasar menggunakan C++, lumayan bisa sebagai perkenalan coding. Kegiatan praktikum dilakukan di lab yang memasang Linux sebagai platform andalannya (menggalakkan open source… hehe).

Hmmm… di sinilah aku banyak belajar dan care terhadap dunia teknologi informasi. Aku mulai mencoba banyak hal dengan laptop pertamaku (si hitam Axioo Centaur) dari membuat blog, ikut berbagai situs jejaring sosial, membuat web dengan CMS sederhana, lebih dekat dengan berbagai bahasa pemrograman, opensource, networking (jaringan), dan dunia cakrawala internet. Sampai aku harus memasang internet bersama teman-teman di kos. Be right back

Jika dibandingkan beberapa tahun lalu perkembangan dunia IT, sekarang media penyimpanan flashdisk sudah berukuran 1 GB – 16 GB, internet semakin murah, modem internet laris manis, laptop banyak dicari orang, semua mahasiswa punya koneksi internet, handphone sebagian besar dilengkapi dengan media internet (social networking application). Processor bergerak dari Dual Core, Core 2 Duo, i3, i5, dan  yang terakhir adalah i7. Kecepatan sudah tak diragukan lagi, kapasitas default laptop sudah berada di kisaran ratusan GB, media penyimpanan perlahan beralih ke harddisk eksternal yang kapasitasnya lebih besar dan transfer data yang tinggi. Hmmm… semua gak ada habisnya jika aku ceritakan satu per satu di sini. Yang terpenting bagi kita semua adalah sudahkah kita menghargai karya-karya tersebut? sudahkah kita menggunakannya sesuai dengan aturan? dan sudahkah kita mensyukuri nikmat ini? Hanya tembok hati kita yang bisa menjawabnya dengan tulus… Tetap berkarya dan salam teknologi… Open-mouthed smile