Bagi mereka yang saat ini berusia 20-an, kemungkinan besar film-film kartun, seperti Doraemon, Crayon Shinchan, Ninja Hattori, Saint Seiya, dan Dragon Ball-Z adalah film yang menemani masa kecilnya. Sedangkan untuk generasi yang lebih tua, masa kecilnya lebih banyak didominasi oleh film-film kartun lawas, seperti He-Man, Flash Gordon, Silver Hawk, atau film animasi produksi kerja sama PPFN dan UNICEF, Si Huma.
Pada tahun 2000-an, kualitas film animasi telah jauh meningkat jika dibandingkan dengan film kartun lawas tersebut. Sebut saja Finding Nemo, Shrek, Ice Age, atau Monster, Inc. yang baik dari segi jalan cerita maupun kualitas animasi, sudah banyak jauh berbeda jika dibandingkan dengan film kartun era tahun 1990-an tersebut. Teknologi di balik animasi film tersebut disebut dengan Computer-Generated Imagery (CGI) atau dalam bahasa Indonesia dapat diterjemahkan sebagai "pencitraan yang dihasilkan komputer).
Secara umum, definisi CGI adalah aplikasi komputer grafik atau lebih spesifik, komputer grafik 3D, untuk menghasilkan efek-efek khusus pada film, program televisi, iklan, simulator, dan media cetak. Hasil dari CGI ini dapat kita saksikan hampir di semua produksi film. Pada bulan September 2009, film Hollywood yang mengangkat teknologi CGI ini adalah film sains fiksi Surrogates yang dibintangi oleh Bruce Willis. Teknologi CGI nampak jelas peranannya, saat hampir menampilkan semua karakter robot surrogates, animasi robot, serta mengubah wajah Bruce Willis hingga nampak 20 tahun lebih muda dari usia sebenarnya. Film G.I. Joe, Rise of Cobra, juga salah satu film yang lebih menonjolkan teknologi CGI-nya ketimbang alur cerita.