Jumat, 11 September 2009

Sejumlah PR Di Balik Kesuksesan Facebook

Mungkin itulah pertanyaan yang pertama kali muncul dalam benak saya ketika banyak orang sudah terlanjur memiliki Facebook, sebuah situs jejaring sosial yang tengah marak di dunia maya. Ada benarnya juga bahwa kebanyakan pengguna Facebook saat ini adalah orang-orang yang setidaknya telah berpengalaman menggunakan situs serupa, yakni Friendster, yang muncul terlebih dahulu sebelum era Facebook. Tak jarang para pengguna Friendster yang kini bermigrasi ke Facebook dengan berbagai alasan, misalnya Friendster dianggap sudah tidak sesuai dengan zamannya (dianggap produk kuno), banyak teman-teman mereka yang jarang melakukan update informasi dalam Friendster karena berpindah ke Facebook, kemudahan dalam penggunaan aplikasi Facebook, serta penambahan fitur-fitur yang semakin luas yang tidak tersedia dalam Friendster. Coba kita tengok grafik pertumbuhan Facebook yang bergerak cepat dibanding layanan Friendster yang semakin menurun.
Facebook muncul pertama kali pada tanggal 4 Februari 2004 oleh Mark Zuckerberg, seorang mahasiswa Harvard University. Facebook pertama kali diluncurkan untuk tujuan yang baik, yaitu sebagai media untuk saling mengenal bagi para mahasiswa Harvard. Tidak lama kemudian, beberapa kampus lain di sekitar Harvard pun meminta untuk dimasukkan dalam jaringan Facebook. Dalam waktu 4 bulan sejak perilisan, Facebook telah mempunyai 30 jaringan kampus. Pada September 2005 Facebook tidak lagi membatasi jaringannya hanya untuk mahasiswa. Facebook pun membuka jaringannya untuk para siswa SMU. Beberapa waktu kemudian Facebook juga membuka jaringannya untuk para pekerja kantoran. Dan akhirnya pada September 2006 Facebook membuka pendaftaran untuk siapa saja yang memiliki alamat e-mail.
Facebook telah membius jutaan pengguna internet di seluruh belahan dunia. Tua, muda, pegawai, pejabat, bahkan calon presiden turut menikmati indahnya berada dalam alam Facebook. Umat-umat baru Facebookers telah membuat jarak berkomunikasi dan bersosialisasi antar anggota menjadi tiada batas. Menurut data statistik yang dilansir CheckFacebook.com, jumlah pengguna Facebook di Indonesia telah masuk 10 besar jumlah pengguna Facebook terbesar di dunia. Indonesia bertengger di peringkat tujuh, mengalahkan Australia, Spanyol, dan Argentina di peringkat 10. Hingga saat ini Facebook selalu menduduki Top Sites 5 besar versi Alexa.com meninggalkan Friendster yang terpaut jauh dibawahnya.Seiring dengan berjalannya waktu, meskipun Facebook diciptakan untuk manfaat yang baik, tetapi terkadang masih digunakan untuk melakukan hal-hal yang kurang pantas dilakukan di dunia maya, misalnya melakukan provokasi dan menyinggung perasaan orang lain. Salah satu contoh yang biasanya masih sering ditemui yaitu penggunaan kata-kata yang kurang sopan dalam menggunakan Facebook. Dalam riset yang sudah dilakukan minggu lalu dapat diketahui bahwa pengguna yang menggunakan kata-kata negatif lebih banyak daripada pengguna yang menggunakan kata-kata positif.
Tidak jarang juga saya temui teman-teman dalam jaringan Facebook saya baik sengaja maupun tidak sengaja terkadang menulis kata-kata yang kurang baik hanya sekedar untuk melakukan update status dan meluapkan amarah, meskipun hanya untuk bercanda kepada sesama teman. Ungkapan yang dituliskan seorang pengguna Facebook juga terkadang baik secara langsung maupun tidak langsung sering membuat perasaan orang lain tidak nyaman. Namun, semua itu tentu melanggar etika dalam berkomunikasi di dunia maya.
Masalah selanjutnya yaitu tentang kebiasaan sebagian pengguna Facebook untuk mengisi status yang sifatnya tidak penting. Status yang tidak penting menurut saya adalah adanya informasi palsu dalam keanggotaan Facebook, status/komentar yang seharusnya tidak menjadi konsumsi umum, serta hal-hal yang berhubungan dengan privasi seseorang. Misalnya saja saya pernah menjumpai status yang tertulis dalam halaman Profil seseorang bahwa dirinya sudah menikah dengan orang lain, tetapi dalam kenyataannya itu tidak benar, mungkin mereka masih hanya dalam status berpacaran atau hanya sekedar iseng. Hal-hal semacam ini tentu akan menimbulkan interpretasi kepada pihak luar mengenai kepribadian dirinya yang gemar berbohong. Contoh lain yaitu masih adanya koleksi foto yang menampilkan foto-foto yang terlalu sensitif, dalam artian mengandung privasi seseorang ataupun bertingkah seronok dalam foto tersebut. Hal tersebut tentu juga akan menimbulkan masalah pencitraan seseorang terhadap dirinya, meskipun yang dilakukan itu tidak mempunyai maksud tertentu, hanya sekedar pamer/narsis.
Adanya fasilitas grup dalam Facebook bagi saya juga masih harus dibenahi. Mengapa? Karena saya masih sering melihat begitu banyak grup-grup yang saling melecehkan atau meluapkan rasa ketidaksukaan/ketidakpuasan/kejengkelan terhadap sesuatu hal. Misalnya beberapa waktu lalu saya sempat melihat grup yang berisi sekumpulan orang yang "Anti Malaysia", mengingat baru-baru ini terjadi konflik kecil antara Indonesia dan Malaysia. Nah, inilah yang kurang sesuai bagi saya, mengapa mereka melakukan hal semacam ini dalam Facebook ? Bukankah lebih baik jika hal-hal kontroversial semacam ini dibahas dalam forum khusus saja ? Contoh yang lain yang pernah saya jumpai misalnya grup anti musik tertentu, grup anti capres maupun cawapres, grup anti klub sepakbola tertentu, dan lain-lain yang tidak mungkin saya sebutkan semuanya.
Fitur aplikasi/kuis dalam Facebook juga masih kurang sesuai dalam penggunaannya. Misalnya saya masih sering mendapati kuis-kuis dalam Facebook yang tidak mendidik dan tidak berperikemanusiaan. Contohnya kuis-kuis dengan pertanyaan semisal "Dimanakah kamu mati?", "Seberapa jelekkah diri Anda?", "Siapa nama inisial pasangan Anda", dan lain-lain. Meskipun banyak yang ditujukan untuk bercanda dan having fun di dalam Facebook, tetapi bagi saya hal-hal semacam ini tidaklah penting, sok tahu, dan sebisa mungkin saya hindari mengikuti kuis-kuis seperti itu.
Selanjutnya yaitu tentang adanya komentar-komentar intimidasi yang sering mengandung hal-hal yang menyinggungs SARA. Misalnya beberapa hari yang lalu saya mendapati teman saya yang diberi komentar oleh seseorang yang tidak dikenal mengenai intimidasi dalam hal keyakinan/agama. Dalam komentar tersebut pada intinya adalah menganggap agama yang dianutnya yang paling benar dan mengajak untuk bergabung dengan agama tersebut. Sungguh hal yang seharusnya tidak boleh terjadi karena sangat berhubungan dengan pelanggaran hak asasi manusia.
Hal negatif yang lain dari penggunaan situs jejaring sosial Facebook yaitu menyebabkan terjadinya kecanduan. Bagaimana tidak ? Saya sendiri masih sering melihat teman-teman dalam jaringan Facebook saya yang selalu online setiap waktu dengan melihat status-status terbaru mereka setiap menit dan melalui fitur chatting yang tersedia. Tampaknya Facebook sudah menjadi makanan sehari-hari yang tidak membosankan, hingga tidak jarang yang lupa waktu dan menyia-nyiakan waktu karenanya. Pernah juga saya membaca berita di internet bahwa telah terjadi seseorang yang dipecat hanya karena kecolongan online di Facebook ketika bekerja dan melakukan cuti. Bahkan baru-baru ini ada yang masuk penjara karena tertangkap tangan melakukan penipuan melalui Facebook, mengirim ancaman pembunuhan melalui Facebook, dan melakukan intimidasi yang merugikan orang lain atas hal-hal yang belum terbukti kebenarannya. Terbukti bahwa Facebook telah mampu menjadi sarana untuk mencari keuntungan bagi diri sendiri dan merugikan banyak orang.
Di balik semua hal-hal negatif yang sudah saya paparkan beberapa di atas, sebenarnya banyak sekali manfaat positif dari penggunaan Facebook, diantaranya penyampaian informasi yang begitu cepat mengenai suatu hal, mempertemukan teman-teman/kerabat/saudara yang sudah lama tidak menjalin komunikasi (silaturahmi), sebagai media melakukan ucapan selamat terhadap suatu perayaan (ulang tahun, pernikahan, kelulusan), sebagai media menyampaikan ucapan terima kasih dan minta maaf, serta sebagai media invitation (undangan) atau promosi terhadap suatu kegiatan. Salah satu contohnya yaitu beberapa hari lalu telah terjadi gempa bumi di Tasikmalaya, maka seketika itu orang-orang yang mendengar adanya berita itu langsung mengisi status yang berisi tentang kejadian tersebut. Lalu sebagian orang saling memberikan informasi yang lebih akurat, kompleks, dan saling melengkapi. Tentu saja informasi ini sangatlah penting untuk diketahui oleh siapapun dan dimanapun seseorang berada dan ini benar-benar pernah saya rasakan.
Lalu bagaimana untuk menghindari ataupun mengurangi hal-hal negatif yang ada dan berusaha meningkatkan hal-hal yang positif? Bagi saya, kuncinya adalah berpikir positif. Apapun masalahnya, jika kita berani berpikir positif dalam segala hal maka semuanya akan menjadi baik bagi kita. Mungkin ada ungkapan bahwa sesuatu yang baik menurut kita belum tentu baik bagi orang lain. Akan tetapi, alangkah baiknya jika kita juga menyadari semua itu berdasarkan hati nurani kita dan perasaan orang lain, dalam hal ini teman-teman yang ada dalam jaringan pertemanan kita di Facebook. Jika itu masih kurang, maka sudah selayaknya jika aturan main dalam penggunaan Facebook dibatasi sesuai dengan norma dan etika komunikasi seperti halnya di dunia nyata. Seseorang yang bersalah dan merugikan orang lain sudah seharusnya mendapatkan hukuman yang setimpal sesuai kondisi hukum pelanggaran informasi dan komunikasi yang diberlakukan.
Oleh karena itu, apabila muncul pertanyaan apakah Facebook dipertahankan atau lebih baik dibinasakan, maka saya lebih memilih untuk dipertahankan dengan membuat regulasi baru yang dapat menjamin pemakaian Facebook tanpa terlalu banyak melanggar etika yang ada. Inilah tugas arsitektur situs Facebook untuk kedepannya agar tercipta masyarakat dunia maya yang dinamis dan selalu berpikir positif setiap saat. Itulah sedikit banyak ulasan yang dapat penulis sampaikan secara maksimal melalui artikel kali ini. Semua ditulis berdasarkan cara pandang penulis secara subjektif dan sesuai dengan pengalaman penulis dalam mengikuti gegap gempita dunia Facebook.
Tetap update status Anda dan tetap berpikir positif, Facebooker....


Tidak ada komentar:

Posting Komentar