Tampilkan postingan dengan label Puisi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Puisi. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 16 Oktober 2010

Puisi : Inspirasi Terbaikku

Dan bergetarlah hati ini

Seperti petikan gitar yang sedang kumainkan

Atas nada-nada yang begitu lirih nan tenang

Sampai melodinya menusuk dalam jiwa

Akankah ada suara-suara yang membalasnya

Menyanyikan irama kesunyian yang indah

Lantang, hingga memutuskan dawai itu

Hingga terlarut dalam mimpi yang suci

Dapatkah kita mendengar lantunan itu lagi

Ketika malaikat berseru kasih sayang

Ketika peri menjerit kesedihan

Antara pangeran kebenaran dan ratu kebaikan

Terkadang jerat-jarat nadiku membuatku sakit

Dan jarum-jarum berkarat menembus jantungku

Merasakan sesuatu yang membuatku ragu

Entahlah… aku hanya harus bersabar lagi

Tuhan, berikan aku hela napas yang sejuk

Saat aku tiada hentinya melepaskan suaraku

Agar seseorang membisikkannya kembali

Atau hanya hilang dihempas angin

Mungkin jika esok adalah cerita terbaikku

Saat pagi masih ditemani sang surya

Saat malam masih terlukis cahaya bintang

Kupastikan terus menggenggam mimpiku

Kamis, 04 Februari 2010

Puisi : On The Morning Train

On The Morning Train

when time started to leave the night
I awoke to the morning light
chasing a dream that always waiting
for all the goodness and badness

I sat on the train this morning
inhaling the cool morning air
enjoy the beautiful scenery
between strokes dewdrops

I remember the sense of joy and sorrow
when immersed in happiness
when I fell into a deep hole
I could not hold all that

like the birds that fly off
looking for prey that is not necessarily

I always believe all that the best
I just need a drop of inspiration

Jumat, 29 Januari 2010

Puisi : When The Rain Called

When The Rain Called


morning when the day began before
there was a dreamy cloud
waiting for the rain to invite
erodes any hope in the earth's

see someone smiling there
waiting for the water pushed his views
to celebrate a beautiful soul vibration
at times the rain has been called

in the heart that never deaf
heard every song of nature
He also touched on a fact
about a dream that no longer apparent

let the relentless rain
let them always hated
let the sun come the next day
let's eyes remained upright standing

only a dream that was always right
can not be run when the time to pick up
trials with a million hit
or at times even isolated

Selasa, 04 Agustus 2009

Puisi : Retoris untuk Teroris

Bom telah meledak (lagi)
Begitu keras nan membising
Meluluhlantakkan segalanya
Menghujam nurani tak berdosa

Kita tersakiti kembali
Di saat negara ini berpesta
Inikah corak anti perdamaian ?
Ataukah dilema arti perbedaan ?

Bukankah dunia milik bersama ?
Bukankah hidup mencari bahagia ?
Di saat tenang dan bergejolak
Walaupun sepercik api menyulut

Mereka yang terluka
Mereka yang tak tahu
Mereka yang jadi korban
Semuanya terdiam tak berkata

Teroris adalah musuh dunia
Merekalah ciri perpecahan
Diantara manusia picik
Yang tak punya hati putih

Entah apa mau mereka
Membuat puing-puing kerusakan
Melampiaskan amarah bengal
Atau hanya sebuah konspirasi

Kebenaran bukanlah sepihak
Kebencian tak perlu nafsu
Kehancuran bukanlah solusi
Kebaikan itu tak disembunyikan

Kitalah lambang merah putih
Menjunjung tinggi persatuan
Memberontak demi kemajuan
Bersiaga dalam penjajahan

Kawan, mari sisingkan lengan kita
Tuk berpacu menuju penantian
Bangsa yang tak kenal teror !
Bangsa yang menghargai rakyat !

By : Me (Orang Anti Teror)
On : Pagi menjelang siang
To : Sang Peneror, Rakyat Jelata, & Somebody Hurts

Senin, 18 Mei 2009

Puisi : Menit Lima Belas

Dan kini ku masih terbebani
Di sela waktu yang tak lama lagi
Saat malam larut menjelang
Ku berhenti di menit lima belas

Adakah esok dengan cerahnya
Akankah pagi bersinar terang
Menyapa jiwa yang sedang luluh
Bersama mimpi tak pernah jenuh

Inilah jalanku menempuh asa
Biarlah aku disini bertahan
Menahan dan tak tertahankan
Menggenggam luka tiada tara

Menyerah bukanlah khayalanku
Berikan aku sekepal bara api
Kan ku simpan dalam hati biru
Hingga ku jauh dari jiwa mati

Waktu ini sungguh terlalu cepat
Untuk merajut mimpi yang kunanti
Dapatkah aku selalu meniti malam
Terlukis manis di mata gelap ini

Senin, 27 April 2009

Puisi : Lama Aku Terdiam

Entah mengapa hariku begini
Di saat hujan turun menderu
Di saat aku merasa terbebani
Dan semakin merintih layu

Inikah sebuah cermin bagiku
Untuk selalu ingat dan menangis
Dalam dilema nyata tak tentu
Merobek nan menyakitkan hati

Bagai aku diserang halilintar
Menerpa serpihan jiwa yang sepi
Semakin lama aku terdiam
Merenungi nasib tak ku nanti

Dan ku mohon tuk selalu tegar
Berdiri melihat waktu di sana
Kelak secerah bulan bintang
Menghibur mimpi tiada batas

Sabtu, 25 April 2009

Puisi : Terangku Di Sana

Kuingin habiskan segala asa
Bersama waktu lelap di sini
Tak ada sisa lagi dengannya
Jiwaku yang terlambat menepi

Berpinta tak kan selamanya
Hanya aku bisa melihat mimpi
Terjatuh sesaat dalam sinarnya
Dalam gelap terus membayangi

Kulihat ada terangku di sana
Mendekat perlahan dan melayang
Bersapa tak tersentuh raga
Hingga menjauh kian menghilang

Aku kembali dan tak bisa lagi
Tuk merasa indah disisimu
Sungguh rasa itu masih bertahan
Kusimpan rapi di jelaga hati ini

Selasa, 17 Februari 2009

Puisi : Melukai Hati

Melukai Hati

Dan bila aku merasa terbebani
Saat damai berteduh dalam hati
Hujan lebat kini menuruni bumi
Dan aku tak dapat lagi bersembunyi

Ku tak bisa berteriak seperti ombak
Menyibak laut yang penuh air mata
Meski kusimpan selalu dalam rasa
Ketika setiap waktu melukai hati

Biarkan aku menjadi seperti ini
Berteman hanya dengan sebuah bintang
Bernyanyi dengan lagu penuh arti
Dan berkata kepada malaikat jiwa

Mimpi selalu datang tak pasti
Dan aku ingin berharap dan berharap
Sembuhkan luka itu dengan cinta
Untuk dewiku dalam khayalan

SISA PARAGRAF SELANJUTNYA

Jumat, 16 Januari 2009

Puisi : Elegi Bangsa Seribu Warna

Elegi Bangsa Seribu Warna


Terusik dalam kelam hitamnya dunia

Ketika perang terus berluluh lantak

Ketika bumi segan mendekati mati

Dan setan berlabuh antara jiwa kotor


Pernah terukir di tangan lusuh ini

Berlumurkan darah-darah keabadian

Atas bangsa yang berhias warna

Tuk bersatu menantang api-api benci


Mungkin manusia terlalu kejam

Mungkin juga ini sensasi tiada batas

Entah seperti apa lorong cinta itu

Di atas laskar bendera suci kita


Indonesia, inikah citra merah putih itu

Sudahkah terlalu petang untuk semua

Berdiam diri di bangsa merdeka ini

Janganlah kau membisu tak berangan


Langkahkan kuat cakar kaki-kaki ini

Bertualang mencari permata surgawi

Lepaskan penjara kebodohan kami

Bebaskan mata ini melihat damai


Kamis, 15 Januari 2009

Puisi : Letih Ini Bersamaku

Letih Ini Bersamaku


Saat rasa ini tak lagi bersemangat

Di balik api yang kian meredup

Pekat tiada makna yang berarah

Hanya kulihat darah kebencian di sana


Kulihat tak ada putih di antara hitam

Aku selalu berbuat tuk selalu lupakan

Melupakan segala beban di jiwa

Sungguh tunjukkan cahaya dalam gelapku


Biarkan letih ini bersama jejakku

Di setiap jalan licin kehidupanku

Manusia memang selalu berbeda

Mereka berpijak dengan mahkotanya


Dengarlah detak waktu yang bergulir

Mengungkap misteri di masa lalu

Kupecahkan luka ini yang tak berarti

Bersarang dalam lubuk rasa ini


Kini kupejamkan mataku sejenak

Merasakan masa-masa bergejolak

Ketika aku harus berdiri tegak

Melawan kerasnya pertempuran hati

Senin, 22 September 2008

Dilema Masa Tertinggal

Yang terindah tak akan terlupa
Yang terkisah tak akan tertinggalkan
Di sebuah lorong waktu yang kian surut
Masa berlalu dengan kencangnya

Mungkin ini jalan surga bagiku
Hingga tak dapat kulupakan waktu itu
Lubuk kalbuku mulai bergetar
Saat teringat khayalan di masa suram

Kuingin semua itu terbias lagi di depanku
Tuk satukan batin padamkan sepi
Kita endapkan pijar egoisme dan musnahkan
Di hari masa muda yang kita citakan

Sampai berapa lama harus menunggumu
Ceritakan segala tentang kita
Namun mungkinkah itu kembali
Kala rasa setiamu kutinggal mati

Kamis, 11 September 2008

Kisah Orang Jalanan

Mereka yang sering terhampar
Antara angin-angin berdebu
Ketika terik begitu terasa kekar
Demi kasih sayang pada ibu

Mereka yang sedang berlabuh
Dalam rasa tak selalu indah
Berakhir sore berawal subuh
Tak seperti cahaya nurani kita

Mereka yang merasakan sedih
Untuk hidup yang penuh aral
Sungguh takdir yang perih
Dari segala terpaan bebal

Mereka yang pernah tercekik
Di setiap ujung kenistaan
Bahwa mereka orang tak picik
Yang mencari uang demi makan

Mereka yang meresahkan orang
Saat pagi mulai menjelang
Saat siang sudah tak terang
Hanyalah anak-anak malang

Mereka yang tak perlu tangis
Juga setetes airmata tiada guna
Tuk menunggu waktu kan habis
Takkan berhenti menjejak rana

Mereka yang penuh cobaan
Seakan dunia terus tertahan
Tanpa lika-likunya kehidupan
Itulah kisah orang jalanan

25 agustus 2008 @ 23:00

Di Bawah Langit Yang Berawan

Seperti angin yang berlalu
Lewati jiwa berbisik sepi
Oleh cinta yang kelabu
Ku terpana seorang diri

Di sini aku menunggumu
Kutunggu hempasan badai itu
Berlari antara derai-derai kalbu
Hingga hati tak berasa sendu

Kini kau telah hanyut
Dalam cinta yang tak pasti
Cinta yang sulit kau rajut
Dan hanya sebatas mimpi

Aku masih tetap bertahan
Di bawah langit yang berawan
Hingga tak lagi kesepian
Di balik tirai kehidupan

Sungguh aku selalu berpinta
Jika ini berakhir tak pilu
Sebuah karangan berkata
Mungkin aku adalah milikmu

26 agustus 2008 @ 12:30

Malam Tak Selalu Gelap

Ketika pagi tak lagi buta
Ku terdiam melihat mimpi
Untuk sejenak dalam rasa
Bahwa malam tak selalu gelap

Dia telah datang menerangiku
Saat jiwa ini sedang mati
Dihempas angin membisu
Hingga hujan tak menyirami

Kau adalah penerang malamku
Kau adalah penghias pikiranku
Kau adalah putri pujaanku
Tapi kau bukanlah bidadariku

Adakah cinta ini menerimamu
Atau hanya sebuah cerita pena
Tentang melodi yang membiru
Yang tak lagi seperti dulu kala

26 agustus 2008 @ 23:30