Salah satu sektor industri yang sedang berkembang pesat saat ini adalah sektor industri di bidang teknologi informasi dan telekomunikasi. Berbagai bidang kehidupan masyarakat di Indonesia mulai terkena dampak global di bidang kemajuan teknologi terkini. Tidak bisa dipungkiri jika setiap individu mulai berlomba untuk mendapatkan akses yang murah, cepat, dan efisien.
Dari maraknya berbagai jenis komunitas maya yang terbentuk melalui jaringan sosial hingga berbagai macam fitur kemunculan platform Web 2.0. Web 2.0 sendiri merupakan sebuah platform baru yang memampukan pengguna (user) dapat saling berbagi sesuatu yang bersifat digital kepadapengguna lain. Misalnya berbagi tulisan (blog, email), berbagi file (file sharing), hingga berbagi komunikasi dua arah (online messenger, video conference).
Perang berbagai jenis perangkat lunak (software) dan aplikasi sederhana, baik yang berbentuk open source (gratisan) maupun yang berbayar, semakin memanjakan pengguna internet untuk menggunakan aplikasi yang ditawarkan. Terlebih dengan dukungan penggunaan piranti portabel seperti berbagai jenis mobile phone yang menawarkan berbagai fitur-fitur ekslusif.
Vendor telekomunikasi di Indonesia dengan beberapa operator layanannya juga ikut meramaikan pasar industri tersebut. Banyak pakar yang mengatakan bahwa bisnis di bidang layanan telekomunikasi & informasi mempunyai pasar yang luas dan menjanjikan prospek yang cerah di masa yang akan datang. Persaingan harga dan kualitas layanan menjadi senjata utama untuk meraih pelanggan yang sebanyak-banyaknya dengan gaya promosi yang berbeda-beda.
Harga komputer, laptop/notebook, mobile phone kaya fitur, modem internet, serta layanan internet semakin menjanjikan di tengah kondisi masyarakat yang haus akan teknologi. Teknologi informasi dan telekomunikasi, keduanya saling mendukung dan melengkapi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Indonesia saat ini.
Kondisi ini memunculkan masalah baru di tingkat pemerataan penggunaan layanan teknologi informasi dan komunikasi yang adil bagi seluruh rakyat Indonesia. Euforia penggunaan layanan tersebut masih dirasakan hanya di sebagian penjuru kota-kota besar dan maju negeri ini. Masyarakat yang tinggal di pinggiran kota kecil yang jauh dari infrastruktur IT, bahkan listrik, masih harus banyak belajar tentang bagaimana memahami kehidupan di daerah yang sudah melek teknologi.
Hal inilah yang sebenarnya memunculkan istilah kesenjangan digital (digital divide). Kesenjangan digital menjadi perhatian penting di berbagai negara untuk mewujudkan pemerataan pembangunan di bidang teknologi informasi, salah satunya yaitu di Indonesia. Definisi kesenjangan digial menurut OECD (Organization for Economic Co-Operation and Development ) tahun 2001, yaitu suatu gap/kesenjangan antar individu, kelompok, bisnis, dan area geografis pada level sosial-ekonomi yang berbeda, dimana sangat membutuhkan akses teknologi informasi dan komunikasi serta penggunaan internet untuk berbagai aktivitas kehidupan.
Menurut data terakhir Asosiasi Pengusaha Komputer Indonesia (Apkomindo), menyatakan bahwa penetrasi komputer (PC dan laptop) di Indonesia baru 4% dari populasi penduduk atau sekitar 9,2 juta unit. Jauh dari rata-rata kepemilikan komputer di negara-negara Asia Pasifik lainnya. Jika melihat kondisi beberapa negara tetangga terdekat kita, seperti Singapura, Malaysia dan Thailand, maka tingkat kepemilikan komputer rata-rata mencapai 30% dari jumlah penduduk. Di India, meski tingkat kepemilikan komputer hanya 12 unit per 1000 penduduk (atau hanya 0,12%) namun lapangan kerja dalam bidang IT telah mampu menyedot lebih dari 500.000 pekerja profesional. Angka ini melampaui jumlah pekerja di pusat industri IT Silicon Valley di Amerika Serikat.
Dari kasus India di atas dapat disimpulkan tingkat kesenjangan digital tidak hanya dipengaruhi oleh tinggi-rendahnya tingkat kepemilikan komputer, tetapi juga tingkat penguasaan dan pemanfaatan media teknologi informasi, baik dalam hal perangkat keras (hardware), perangkat lunak (software), maupun pengetahuan masyarakat akan teknologi informasi.
Untuk mengimbangi dan menyesuaikan diri dengan kecenderungan global, agar semakin jauh dari keterisolasian karena kekurangtahuan masyarakat dalam memanfaatkan teknologi informasi, maka pemerintah melalui Depkominfo telah mencanangkan sebuah program berkelanjutan yang diharapkan pada tahun 2025 mewujudkan masyarakat informasi. Masyarakat informasi yang dimaksud adalah masyarakat Indonesia yang secara merata telah bisa memanfaatkan teknologi informasi dengan baik dan benar.
Source gambar : http://mtamim.files.wordpress.com/2007/06/divide_resize.jpg
ceramic vs titanium curling iron - The Silicon Art
BalasHapusWith the latest titanium bikes designs tittanium and trends to design and inspire, the world of the ceramic artistry is a titanium teeth dog minefield titanium rainbow quartz of titanium glasses frames