Kamis, 22 April 2010

If The Earth No Longer Breathe

Ladies and gentlemen, Mr. Al Gore.
It's almost as if a window was opened through which the future was very clearly visible.
"See that?" he said, "See that?
"That's the future in which you are going to live your life."

Future generations may well have occasion to ask themselves,
"What were our parents thinking?
Why didn't they wake up when they had a chance?
We have to hear that question from them, now.

Jika Anda pernah melihat film An Inconvenient Truth, maka kalimat-kalimat di atas adalah beberapa yang saya kutip dari pengantar menit-menit akhir film tersebut. Sebuah pernyataan yang mengisyaratkan pendengarnya untuk berpikir jika suatu saat ada generasi masa depan yang lantang berbicara demikian. Sudahkah kita menjawab pertanyaan itu? Setidaknya mari kita lebih sedikit peduli dengan apa yang sebenarnya sedang terjadi. Kengerian global yang jika dibiarkan mungkin bumi ini tak lagi bernapas. Sebab itulah tulisan ini saya beri judul "If The Earth No Longer Breathe" (Jika Bumi Tak Lagi Bernapas).
Beberapa waktu yang lalu saya membeli sebuah tabloid IT yang di salah satu rubriknya terdapat bagian yang membahas review situs-situs yang bermanfaat. Salah satu yang tertulis di situ adalah www.worldometers.info. Dalam review yang tertulis di situ, situs tersebut menyediakan sekumpulan informasi real time yang berhubungan dengan keadaan sosial dunia. Data yang diperoleh dari situs tersebut berasal dari kerja sama dengan beberapa lembaga sensus dan survei dunia, sehingga keakuratan data yang ditunjukkan tak diragukan lagi.
Lantas saya langsung mencoba menuju ke situs tersebut untuk menguak lebih dalam. Ternyata informasi yang ditampilkan beberapa diantaranya menyangkut hal-hal seperti jumlah populasi dunia, keadaan ekonomi dan pemerintahan, jumlah media informasi yang beredar, keadaan lingkungan, konsumsi pangan, konsumsi energi, dan kondisi kesehatan. Semuanya ditampilkan secara real time seperti layaknya speedometer!


Rock Is The Anthem Of Great Spirit

Dalam benak saya, selalu ada dua pandangan yang berbeda tentang musik rock. Mungkin banyak juga yang merasa demikian ketika pertama kali mendengar kata-kata "rock". Di satu sisi rock dipandang sebagai suatu aliran musik yang dicirikan dengan irama beat yang cepat nan menggebu-gebu, di sisi yang lain rock hanyalah sebuah ungkapan untuk mengungkapkan perasaan baik melalui lagu atau sikap bahwa ia sedang bersemangat menjalani hidup, apapun itu.

Banyak orang bilang bahwa musik rock itu adalah musik yang liar, tak enak didengar, dan hanya didengar oleh kaum-kaum brandal. Ada benarnya juga mungkin, karena itu sebuah kenyataan untuk beberapa orang, tetapi jika Anda jeli melihat keadaan yang sesungguhnya, musik rock bukanlah musik yang liar. Musik rock banyak dibuat untuk merayakan  sebuah kemenangan, dengan banyak tema. Tidak hanya bercerita tentang cinta kepada lawan jenis, tetapi kepada semua manusia, alam, dan kehidupan. Berbeda dengan lagu-lagu pop yang lebih banyak bertemakan cinta kepada lawan jenis, perselingkuhan, patah hati, dll.

Saya jadi teringat Indonesia di era 70'an, musik rock dianggap sebagai musik "ngak ngik ngok" oleh bung Karno pada saat menjadi presiden. Oleh karenanya, musisi-musisi rock waktu itu banyak yang dicekal, tidak boleh manggung, bahkan sampai di penjara, salah satu korbannya adalah Koes Plus. Musik rock dianggap sebagai musik yang tidak sesuai dengan nilai-nilai Pancasila, tidak sesuai dengan kepribadian bangsa, dan banyak menimbulkan masalah dimana-mana.

Rabu, 07 April 2010

Software Virtualisasi dan Mitos Seputar Virtualisasi Hardware

Teknologi virtualisasi diperkirakan menjadi teknologi yang semakin tren pada masa mendatang. Selain penghematan biaya (listrik atau pembelian server baru), teknologi virtualisasi juga memudahkan deploy-and-destroy untuk keperluan pengujian dan pengembangan aplikasi.

Melihat tren ini, vendor-vendor hardware juga mendukung teknologi virtualisasi ini. Intel dan AMD adalah vendor yang menjadi pionir dalam mendukung teknologi virtualisasi melalui produk processor yang dihasilkannya.

Sebelum processor dapat menunjang virtualisasi, tulang punggung dari virtualisasi adalah software. Semua dikontrol melalui software virtualisasi. Namun, pada tahun 2006, AMD memproduksi AMD Virtualization (AMD-V) sebuah processor yang mula-mula berkodekan “Pacifica” yang diklaim sebagai processor pertama yang mendukung teknologi virtualisasi. Kemampuan AMD-V ini tersedia pada keluarga processor Athlon 64 dan Athlon 64 X2, Turion 64 X2, generasi ke-2 dan ke-3 Opteron, processor Phenom dan Phenom II. Sedangkan untuk Intel, processor dengan teknologi virtualisasi ini mulanya dikenal dengan kode “Vanderpool”. Lalu Intel meluncurkan dukungan teknologi virtualisasi ini dengan brand VT-x pada tahun 2006 yang dikhusukan untuk platform x86. Perlu dicatat bahwa tidak semua processor Intel terbaru dapat mendukung teknologi virtualisasi. Beberapa processor yang mendukung VT-x adalah beberapa tipe Core 2 Duo, Core 2 Quad, Core 2 Extreme, seri Xeon (3000, 5000, 7000), processor Intel i7, processor Dual Core E6300, dan beberapa versi E5300 dan E5400. Fitur dukungan virtualisasi ini perlu diaktifkan terlebih dahulu melalui BIOS, sebelum aplikasi dapat memanfaatkannya karena beberapa produsen motherboard/BIOS/chipset secara default men-disable fitur ini.

Dari dukungan processor tersebut, kemudian muncullah istilah “hardware-assisted virtualization” atau orang biasa menyebut “hardware virtualization” yang sebenarnya kurang begitu cocok karena menimbulkan kesan bahwa hardware-lah yang berfungsi sebagai virtualisasi. Padahal maksud dari “hardware-assisted virtualization” sebenarnya adalah processor yang lebih dioptimasi untuk menangani lingkungan virtual. Dan itu hanya dapat dilakukan ketika software virtualisasi dijalankan.

Sabtu, 03 April 2010

Lebih Jauh Tentang Content Management System

Bagi banyak perusahaan, saat ini merupakan identitas di Internet. Informasi dapat disampaikan dan diterima dengan lebih cepat berkat adanya website. Yang menjadi masalah kemudian adalah pengelolaan informasi pada website menjadi lebih kompleks, ketika pemutakhiran dilakukan secara periodic. Content Management System (CMS) dapat menjadi solusi yang tepat.

Fakta yang tidak berlebihan jika ada yang mengatakan bahwa membuat website yang bagus dan aman dari nol adalah pekerjaan yang sulit, dan memakan banyak waktu. Bahkan bagi seorang pengembang web yang terampil sekalipun, membiat website hanya dengan bermodalkan edotor, pengolah gambar, dan memulai semuanya dari nol, bukanlah yang ringan. Serasa seperti harus “reinventing the wheel” (menemukan roda) untuk mencipta kendaraan – yang berarti membutuhkan waktu dan sumber daya lain dengan cukup besar. Sementara bagi sebagian besar orang (client), mereka tidaklah punya banyak waktu untuk menunggu.

Solusi Template Web

Salah satu solusi yang ada untuk merancang web dengan cepat adalah dengan menggunakan template web. Template web merupakan wadah atau pola dari web yang hendak dibuat. Pengembang web (atau siapapun yang ingin membuat web) perlu men-download atau membeli (jika template web tersebut berbayar). Informasi atau isi dari template web merupakan informasi yang umum, dan dapat diubah sesuai dengan keinginan pengembang web. Dengan berbekal pengetahuan HTML dan CSS, user dapat melakukan perubahan template dengan bebas.

Beberapa situs menawarkan template web secara cuma-Cuma adalah www.freetemplates.com, www.freewebsitetemplates.com, dan www.template monster.com. Di situ, Anda dapat mendownload template web dan memodifikasinya untuk situs pribadi Anda.

Template web cukup baik untuk desain awal, dengan isi website yang tidak terlalu banyak. Namun, ketika isi dari website menjadi semakin kompleks, Anda tidak dapat mengandalkan template web. Anda memerlukan sebuah tool yang berfungsi sebagai template, namun juga memberikan kemudahan lain untuk mengelola isi dari website. Tool tersebut diistilahkan dengan Content Management System.